Blog Details

Waktu itu, aku lelah.
Bukan hanya karena pekerjaan, tapi juga karena rutinitas yang seperti kaset rusak: bangun pagi, kerja, rapat, pulang, tidur.

Setiap hari seperti itu.
Akhir pekan pun bukan benar-benar akhir. Ada grup WA kantor yang terus bunyi, cucian yang menumpuk, dan waktu keluarga yang jadi sisa-sisa energi.

Sampai suatu sore, seorang teman kerja nyeletuk:

“Bro, gimana kalau kita camping? Tapi yang proper ya. Nggak mau tidur di tanah lagi kayak zaman kuliah.”

Aku ketawa. Tapi dalam hati, aku tahu: aku butuh itu.
Bukan sekadar camping, tapi perjalanan kecil untuk bernapas lebih lega.

Awalnya Aku Skeptis

“Kampung mana lagi ini?” pikirku saat dia bilang:

“Namanya Pondok Kapilih. Di Pancawati, Bogor.”

Tapi semua berubah begitu aku sampai di sana.

Angin yang lewat seperti menampar pelan, berkata:
“Akhirnya kamu berhenti juga, ya.”

Langitnya bersih. Gunung menjulang.
Dan tenda yang kami tempati? Bukan tenda biasa.
Ada kasur, selimut hangat, bahkan colokan buat ngecas.

Malam itu, kami duduk melingkar di sekitar api unggun.
Ngobrol. Ketawa. Diam. Saling berbagi cerita, bukan notifikasi.

Ada yang Tumbuh Diam-diam

Pagi harinya, kami ikuti sesi outbound yang disiapkan pengelola.
Aku kira bakal kayak acara biasa tapi ternyata…
Kami diminta bekerja sama, menyelesaikan tantangan, dan saling bantu saat satu tim kesusahan.

Tiba-tiba, rekan kerja yang biasanya pendiam jadi pemimpin.
Yang biasanya cerewet, ternyata jago strategi.
Di sinilah, kami bukan hanya jadi tim kami jadi manusia.

Dan Aku Pulang dengan Sesuatu yang Baru

Setelah dua hari, kami kembali ke kota.
Rambut masih bau api unggun. Sepatu belepotan tanah.
Tapi hati? Bersih. Pikiran? Ringan.
Hubungan antar teman? Jauh lebih hangat dari sebelumnya.

Dari pengalaman itu, aku belajar satu hal:

Camping bukan soal tidur di alam. Tapi soal memberi ruang.
Ruang untuk diri sendiri. Untuk sesama. Untuk menyadari bahwa hidup nggak harus selalu buru-buru.

Hari ini, kalau kamu juga sedang merasa hidup mulai tumpul
mungkin saatnya kamu pergi ke tempat yang menajamkan rasa.
Ke tempat seperti Pondok Kapilih.

Karena kadang, untuk menemukan arah baru dalam hidup,
kita cukup berani untuk memijakkan kaki di tanah yang berbeda.

�